“Apakah hal terpenting yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan pernikahan?
ya harus ada pasangannya.”
Hehehe. Short answer but that’s true. Jadi sebelum mikir jauh-jauh mempersiapkan pernikahan itu harus siap finansial, harus siap mahar, dan harus harus lainnya, yang sebetulnya paling penting adalah harus ada pasangannya. Kebayang kan kalau sudah siap segala macam, pelaminan didekorasi dengan apik, undangan disebar, penghulu datang, keluarga berkumpul, eh ternyata belum ada calon pasangannya. Hihihi.
Jadi, karena keberadaan calon pasangan itu penting dalam persiapan pernikahan, maka bagi siapapun yang berniat menikah harus mendapatkan calonnya terlebih dahulu. Of course on halal way :)
Kali ini saya akan membahas tentang meyakinkan diri kita siapakah jodoh kita. Bila sudah dipertemukan Allah pun, insyaAllah postingan kali ini bisa menguatkan keyakinan dari pertanyaan “Betulkah dia jodohku?” Siap-siap menyimak ya
As usual, based on my own experience..
#1 Pastikan Prosesnya Sesuai dengan Kehendak Allah
Sebab Allah dengan tegas melalui kitab suci Al Qur’an menyatakan bahwa tidak meridhoi khalwat antara insan manusia lawan jenis yang belum mahram, maka ikhtiarkan proses yang akan dilalui oleh kita itu tidak melalui pacaran. Kenapa? Ya karena sudah jelas orang-orang yang berpacaran akan ‘merasa’ halal menyatakan cinta dan sayang hingga melakukan sentuhan fisik. Allah dengan tegas tak izinkan hal tersebut. Bagaimana mungkin menginginkan pernikahan yang suci melalui cara yang Allah tak ridhoi. Memang ada pernikahan yang dilakukan melalui pacaran, tapi sungguh sayang. Upayakan syar’i keseluruhan agar ketika kata SAH membahana, segala hal yang dilakukan berdua adalah hal-hal pertama, sehingga mendebarkan dan jelas berkah
Jangan sampai niat menuju pernikahan suci tapi melalui jalan yang Allah tak ridhoi agar Allah tuntun diri dengan bimbingan-Nya yang tak semua pasangan bisa dapatkan bila melanggar perintah-Nya. Saya percaya jodoh itu rahasia Allah. Dan kebenaran dari rahasia itu bisa kita jemput. Caranya? Melalui ketaatan kita pada-Nya. Dengan menunjukkan pada Allah bahwa kita pantas disandingkan dengan pilihan terbaik dari-Nya. Buatlah Allah yakin untuk hantarkan jodohmu melalui pemantasan dirimu di hadapan-Nya. Merinding nih ngetiknyaaa..
#2 Gunakan Indikator Allah
Untuk para muslimah.. bila kelak ada lelaki menghampirimu dengan niat memuliakanmu dalam proses yang syar’i, pastikan kamu memilihnya menggunakan indikator Allah, yaitu agama dan akhlaknya terlebih dahulu. Barulah kemudian hal-hal seperti latar belakang keluarga, keturunan, kecakapan finansial, dll. Jangan terbalik. Sebab bila nafsu sudah merajai, bisa berbahaya pernikahan nanti. Kan pernikahan itu bukan perjalanan setahun dua tahun, tapi seumur hidup. Bila indikator pemilihannya menggunakan kacamata dunia, siap-siap kelak menyesal sebab dunia ini jelas fana. Beda dengan yang indikatornya menggunakan kacamata Allah, dimana kedepannya nanti akan Allah terus bimbing dan tuntun meski mungkin ada jatuh dan terluka. Allah pegangannya.
Pada umumnya, para muslimah ya bersabar menanti, sampai tiba saatnya calon pangeran Surga menghampiri. Nah meskipun kesannya muslimah tu tinggal nunggu dan nanti tinggal milih, bukan berarti bersantai-santai. Sebab sebelum kalian memilih, kalianlah yang dipilih terlebih dahulu oleh lelaki. Jadi mindset-nya adalah karena kalian ini dipilih terlebih dahulu, maka pantaskan diri kalian untuk dipilih oleh lelaki yang high quality, di mata Allah tentunya. Barulah kemudian giliran menentukan terima lanjut berproses atau tolak hentikan proses. Kebayang kan kalau banyak lelaki melamar tapi semuanya tidak memenuhi indikator Allah, bingung lah dibuatnya. Milih nggak mau, nolak takut nggak kebagian. Hehe. Ekstrim ya. Makanya, meskipun perempuan, kalian harus senantiasa meningkatkan kapasitas diri agar pantas diimami oleh lelaki shalih pemberani bak Pangeran Surga
#3 Melakukan Analisa Kemantapan Hati
Apabila proses yang dilalui sudah dipastikan syar’i yaitu melalui ta’aruf, melibatkan perantara (murabbi), maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kemantapan hati kita, benarkah dia jodoh yang Allah pilihkan dan hantarkan untuk kita. Sebab pada tahap ini indikatornya pure hati dan perasaan. Tidak bisa dimanipulasi oleh apapun. Kemantapan hati itu mengalir sendiri. Tak bisa direka-reka, apalagi dipaksa. Dalam hal ini saya tidak akan menjabarkan bagaimana cara pertemuan dengan calon pasangan ya, sebab itu semua rahasia Allah. Dan masing-masing orang itu beda-beda cara pertemuannya. Intinya tetap harus melalui proses yang Allah ridhoi.
Saat berproses, lakukan shalat istikharah. Pasrahkan segalanya pada Allah. Bawa perasaan yang netral. Sebab bila hati sudah condong pada satu keinginan, maka doa menjadi tidak bersih. Berkomunikasilah pada Allah dengan hati yang ikhlas. Katakan dengan lapang, “Ya Allah bila dia betul jodohku, maka dekatkanlah. Tapi bila ternyata dia bukan jodohku, maka jauhkanlah.” Penyampaian doa seperti ini akan mudah bagi yang rasa hatinya masih netral. Tapi bagi yang sudah ada rasa suka sebelum halal, ya jelas berat. Biasanya doanya jadi termodifikasi, “Ya Allah, bila dia betul jodohku, maka dekatkanlah. Tapi bila ternyata dia bukan jodohku, maka.. yaaah.. Engkau Maha Pengasih kan ya Rabb.. jodohkanlah please..” Hehehe..
Bukan apa-apa. Bila hati kita sudah condong ingin memiliki padahal Allah belum berikan kemantapan, kelak bila ternyata dia bukan jodohmu, maka kemungkinan terluka hati besar sekali. Nggak mau kan sakit hati (lagi)? Yuk kita istiqomah, bersabar dalam penantian suci atas nama Allah.
Lalu bagaimana bila hati sudah condong ingin memiliki? Ya sebetulnya manusiawi, perasaan itu fitrah, nggak bisa ditahan-tahan. Jujur saya pun pernah begitu. Dalam proses syar’i yang saya jalani, beberapa kali saya merasakan ada fitrah rasa suka menelusup halus tanpa disadari yang muncul dari berbagai kekaguman terhadap calon pasangan saya saat ini. Lalu apa yang kemudian saya lakukan? Saya MENETRALISIR PERASAAN. Caranya? Saya menahan diri saya untuk tidak kepo akan aktivitas-aktivitas calon pasangan saya.
Kembali tentang menganalisa kemantapan hati. Bila shalat istikharah sudah dilakukan, maka tunggulah jawaban Allah. Beberapa memang ada yang disampaikan melalui mimpi. Tapi beberapa tidak. Bila terus menunggu mimpi yang tak kunjung datang, bisa jadi memang jawaban tersebut bukan melalui mimpi. Lalu darimana? Hehe.. coba cek hatimu. Biasanya hati akan mendesak jujur bahwa ia yakin atau tidak pada calon pasangan tersebut. Tapi bedakan ya antara mantap sebab Allah yang memantapkan, dengan mantap sebab nafsu. Bisa kok, rasakan saja.
Saya pun saat berproses awal-awal dengan calon pasangan saya ini, saya melakukan shalat istikharah. Dan alhamdulillah Allah dengan segera berikan kemantapan. Sulit kalau harus dijabarkan dengan kata, tapi saya jelas merasakannya. Indah sebab Allah yang hantarkan rasanya, bukan karena kitanya yang kelilipan cinta sehingga pandangan hati tidak jernih. Benar-benar tidak ada keraguan sedikit pun. Saya yakin, insyaAllah.
#4 Perhatikan Saat Semua Dimudahkan
Hambatan itu pasti ada. Namanya juga hidup. Kalau sudah tidak dihambat, ya berarti sudah dipanggil ‘pulang’ oleh Allah. Jadi mau pilih mana? Diberikan hambatan dalam hidup atau Allah segerakan ‘pulang’ menghadap-Nya? Hehe, ya jelas mending diberikan hambatan hidup sembari dituntun oleh-Nya untuk diberikan kemampuan dalam melewatinya. Betul? Betuuuul
Begitu pun dalam proses syar’i dalam menuju pernikahan ini. Meskipun ada beberapa hambatan dalam perjalanannya, tapi coba perhatikan dengan seksama, bila mayoritas prosesnya dimudahkan, maka komplitlah sudah. InsyaAllah, atas izin Allah, maka dialah jodoh yang Allah hantarkan pada kita. Dan sebab nama jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuz, jelas kita hanya bisa ikhtiar. Yang penting ikhtiarnya di jalan yang Allah suka, cukup. Zonanya manusia memang hanya berikhtiar semaksimal yang kita bisa, sedangkan zona hasil adalah urusan Allah, suka-suka Allah.