Featured Article

SERBA SERBI


Pedagang Bakso Dadakan

Saban hari udah menjadi kegiatan rutinku berselancar online di dunia maya. Sekadar iseng-iseng baca email dan facebook ataupun mencari tahu sebuah informasi. Nah, suatu ketika aku kesasar di blognya penerbit Pro-U Media (kesasar yang baik nih). Ternyata ada Lomba Kisah Pendek Menggugah Pro-U Media 2010. Kumulai membaca dan cermati setiap persyaratan dan ketentuan dalam lomba tersebut. Hmm, lomba yang menarik, aku harus ikut event seperti ini dalam tekadku.

Tanpa menunggu lama kuputuskan untuk hunting buku-buku terbitan Pro-U Media group di toko buku terdekat. Mengintip setiap rak buku dan memilih buku yang paling menarik menurutku. Pasti buku-buku keluaran Pro-U Media group bagus-bagus, lha wong lombanya aja keren begete begitu.
Akhirnya sebuah buku dengan background sampul warna merah menjadi pilihanku siap dibawa pulang. Tak sabar ingin segera membacanya hingga tuntas. Eits, jangan lupa bayar di kasir, baru boleh ngacir..hehe.
Hanya dalam waktu tiga hari buku tersebut kulumat habis (emangnya makanan bro..hihi). Sungguh luar biasa isi dalam buku ini, membuatku semakin selalu suka dengan buku ini. Semoga setelah selesai membaca bukunya, aku berharap ada sebuah momen atau hari spesial yang dapat terinspirasi dari buku tersebut.
Mau tau buku apa yang kubaca dan sangat mempengaruhi dalam hari-hariku? Atau mau tengok cerita kisah menggugahku dari sebuah buku apik terbitan Pro-U Media group? So, bekicot deh, eh cekidot bro!
*****
Djogdja, nopember 2010
Niat hendak lari-lari hari minggu pagi batal sudah. Rencana yang disusun untuk berolahraga pagi bareng keluarga akhirnya kandas. Gara-gara bangun tidur amat kesiangan, jam 9 pagi. Kalo dipaksain lari-lari, bisa-bisa kulit tambah item kayak areng..hehe.
Ya sudahlah, langsung mandi aja biar segar. Habis mandi ada aroma yang menggoda, menari-nari memanjakan hidungku. Wuih istri tercinta sedang asyik masak sop ayam nih, sedap benerr. Baru selangkah keluar dari kamar mandi, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh tepat di kepala. Pluk! Pikiran mulai curiga, jangan-jangan. Huaaaa, kotoran cicak mendarat pas di rambut ikalku. Duh, padahal udah keramas tadi, terpaksa deh keramas ulang biar wangi gitu.
Menurut catatan buku primbon, orang yang kejatuhan “harta karunnya” cicak, pasti bakalan apes hari itu juga. Haduh, nasib apa nih yang bakal menimpaku?. Ah, seumur-umur baru dua kali aku ketiban kotorannya cicak nemplok di atas kepala, tapi ternyata aku belum pernah pula dapat sial. Malah dapat rejeki nomplok, dapat shampoo gratis dari cewek caem (ssstt..jangan bilang istriku ya..hehe), waktu ketiban di antrian kamar mandi umum di daerah wisata. Satu lagi malah dapat duit seribu, hadiah dari program salah satu produk shampoo.
*****
Tok..Tok..Tok. Bunyi ketukan pintu dengan nada cepat dank eras. Sepertinya ada yang penting bin darurat, kalo ngga kucing mau melahirkan atau ayam sakit batuk ngga bisa berkokok (heii, emangnya aku dokter hewan apa?!).
Segera kubuka pintu rumah dan menemukan Pak Bejo pedagang bakso yang menyewa di tempatku sudah di depan pintu tampak gelisah.
“Mas, saya harus pulang kampung mendadak sekarang. Anak saya sedang sakit parah.”
“Oh, sakit. Yo wis pulang aja pak. Semoga anaknya lekas sembuh ya” kataku
“Tapi….”
“Tapi kenapa pak? tanyaku, sepertinya perasaanku kok tiba-tiba ga enak gini.
“”Sebenarnya dagangan udah siap, tapi berhubung mau pulang jadi ngga bisa jualan.”
“Terus?”
“Anu, mas. Daripada dagangannya mubazir, kalo bisa mas yang jualan mengantikan saya”
Glek! Aku menelan ludah bak seember.
“Apa?!”
“Iya mas, saya minta tolong sekali. Terima kasih mas, maaf saya buru-buru. Permisi”
Pak Bejo tega meninggalkan diriku yang masih melongo tak percaya apa yang sedang terjadi. Semoga ini hanya mimpi buruk saja. Tapi seekor semut menggigit punggungku, menyadarkan kalo ini nyata apa adanya. Aku seorang anak juragan sewaan gerobak keliling, harus siap-siap menerima kenyataan menjadi pedagang bakso keliling seharian. Aduh, apa kata dunia nih? Jatuh martabakku deh (ngga jadi makan martabak nih..).
Barangkali primbon kejatuhan “harta karun” cicak berlaku padaku hari ini. Wah, bakal celaka duabelas kalo begini. Istriku hanya tersenyum-senyum dan menyuruhku selalu ikhlas melakukannya demi menolong sesama. Oke deh, karena dukungan dan niat menolong aku maju terus.
Jujur saja, aku sebenarnya merasa minder yang tinggi ketika mau melakukan aksi pahlawan kesianganku. Takut ngga bisa sukses bikin semangkok bakso yang enak seperti Pak Bejo, atau juga takut bakalan minder kena ledekan orang-orang.
Ting! Muncul sebuah lampu terang (dapat ide kayak di tipi-tipi gitu lhoh). Aku kemudian teringat dengan buku “Master From Minder” yang ditulis oleh Pariman Siregar terbitan Pro You. Menjadi sukses dengan kemampuan terbatas. Badanku yang kerempeng kurus kering begini harus yakin dengan tantangan berkeliling jualan bakso. Dengan semangat kuat ditambah niat membantu Pak Bejo, aku akan selalu menaklukkan rasa minderku.
Sebelum berangkat jualan aku mencoba beberapa latihan membuat semangkok bakso dibantu istri untuk mencicipinya. Percobaan pertama dan kedua, kurang garam dan kurang penyedap rasa. Ketiga malah kurang pitch control (lhoh emangnya nyanyi nih?hehe). Uhuyy, hingga percobaan kelima akhirnya aku sanggup membuat semangkok bakso sesuai SBN (standar bakso nasional..hihi). Aku harus catat dan selalu ingat-ingat setiap langkah saat membuat semangkok bakso yang berhasil membuatku istriku bilang: ajib enak tenan!.
*****
Aku makin mantap siap mengarungi medan pertempuran setelah mencoba beberapa latihan. Pede dengan aksiku menjadi tukang bakso dadakan, gerobak aku dorong sekuat tenaga keluar dari gang rumah menuju trek jalan yang biasanya dilewati Pak Bejo.
Busyet! Jalanan apa off road nih. Baru masuk jalur kok udah nemu jalan sedikit menanjak dan beberapa gundukan (polisi yang suka tidur) yang harus dilalui. Awalnya aku ragu, apakah kuat mendorong gerobak yang isinya full team?. Bismillah, aku harus yakin bisa. Aku harus bunuh rasa minderku.
Kupukul-pukul ringan sendok ke pinggir mangkok yang kosong, menimbulkan suara nyaring panggilan khas tukang bakso mencari pembeli. Alhamdulillah, ada pembeli pertama seorang ibu-ibu.
“Bakso, mas. Lhoh, pedagang baru ya? Kok bukan Pak Bejo yang biasanya lewat?”
“Iya bu, masih baru nih. Pak Bejo mendadak pulang, anaknya sakit. Aku terpaksa menggantikannya.”
“Oh, begitu ya. Semoga cepat baekan aja anaknya.”
“Semoga begitu bu”
Aksi pertama berjalan lancar dan selanjutnya pun aku tak mengalami hambatan-hambatan yang berarti. Hanya capek sedikit dan tanggan terasa pegel harus selalu dorong terus gerobak. Allah Maha Mengetahui, sehingga kesulitanku dimudahkanNya dan membuatku kuat menjalani pekerjaan dadakan ini. Selain itu memang niat untuk menolong sesama manusia.
Kini aku jadi tahu bagaimana rasanya jadi seorang pedagang bakso keliling. Aku yang masih muda ini harus tetap semangat menjalani hidup, selalu bangkit walau pernah terpuruk dalam titik rendah kehidupan.
Alhamdulilah, buku “Master From Minder” benar-benar membuatku sanggup dan yakin menghilankan rasa rendah diriku dan ketidakpedeanku. Kita harus selalu optimis dan mensyukuri potensi-potensi yang sebenarnya telah ada dalam diri kita.
Uang hasil penjualan bakso keliling kemudian keesokan harinya aku serahkan ke Pak Bejo karena itu semua hasil dagangannya, sekalian aku dan keluarga menengok anaknya yang sakit. Setelah anaknya sembuh, Pak Bejo sebulan berikutnya kembali jualan seperti biasa. Ketika berjualan pertama usai meliburkan diri, ada pembeli yang berkata pada Pak Bejo.
“Lha pak, pedagang yang kemarin waktu itu kemana ya? Kok ngga nonggol-nonggol jualan lagi. Enak lhoh pak, aku ampe ketagihan pengen nambah lagi. Aku tunggu hari-hari berikutnya kok ngga datang juga.”
Hehehehehe…..Uhuy, kepalaku makin gede aja nih gara-gara kejedot pujian yang menyenangkan hati. Alhamdulillah. Tetap semangat dan jangan minder!